Ads 468x60px

Sabtu, November 20

Di titik jenuh perkuliahan..

بِسْمِ اﷲِالرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم
.di titik jenuh perkuliahan.
Di ruang-ruang kelas,
kita dibuat menangis
karena teriris-iris
melihat berbagai kondisi
yang tidak adil
dalam masyarakat.
Tapi setelah keluar kelas,
kondisi-kondisi itu hanya jadi objek
lelucon miris, dan penelitian genit para intelektual.
Di ruang-ruang kelas,
kita membongkar dan menafsirkan
semua kebobrokan
dengan teori-teori mutakhir yang luar biasa,
Tapi setelah keluar kelas,
kita dibuat tercengang
dan semua seolah mentah
karena teori-teori itu
tak pernah ada di kepala rakyat.
Di dalam ruang-ruang perkuliahan,
kita dibiarkan mengetahui, membongkar, dan menafsirkan segalanya.
Tapi kita tak pernah dibiarkan
untuk mengubahnya.

Jumat, November 19

Kampus Kita Adalah Kampusnya Kita


Para lulusan SMA yang berminat untuk masuk Universitas Negeri ternama semakin menjadi daya tarik bagi mereka yang berencana memasuki dunia perkuliahan, anda mungkin termasuk salah satu didalamnya?Bayangkan saja ada hampir 447.063 peserta UMPTN dengan kapasitas kursi yang hanya 80.000 untuk 57 Universitas Negeri se-Indonesia pada tahun 2010. Maka mau tidak mau mereka yang tidak berkesempatan harus realistis masuk di universitas-universitas swasta dengan biaya yang bervariasi sesuai fasilitas dan pamor.Lalu apakah menjadi mimpi buruk ketika kita harus terdampar dijajaran kampus swasta dengan fasilitas yang tidak begitu komplit dan kurang dikenal?
Anda boleh saja sewaktu SMA memimpikan bercita-cita menjadi apapun, tapi selesainya dari bangku (SMA) apa yang telah anda cita-citakan, saatnya anda mulai membangun dan mewujudkannya. Melalui dunia pendidikan tinggi yang telah menyiapkan sistem pendidikan dengan beragam bidang keilmuan, keterampilan dan informasi yang terkait dengan bidang keilmuan tersebut guna menjadikan peserta didiknya yakni mahasiswa sebagai SDM yang handal dan professional sesuai bidangnya. Maka sebagian besar kalangan para lulusan SMA ini memburu universitas negeri berlabel bonafide secara infrastruktur maupun sarana pembelajaran yang tidak tanggung dan kebanyakan staf pengajar dengan kriteria lulusan luar negeri menjadi primadona tersendiri bagi kalangan para calon mahasiswa/mahasiswi.
Hal diatas ditinjau dari sisi psikologis erat kaitannya masa-masa ini memasuki masa adolesen, secara fase ini terjadi setelahnya kita mengalami masa pubertas. Dalam sebuah buku Psikologi perkembangan nampak sifat-sifat adolesen salah satunya adalah mulai jelas sikapnya terhadap nilai-nilai hidup dan ia mulai menghargai nilai-nilai ideal bukan pada orang lain namun dalam pribadinya.
Kampus seperti alnya merek dagang
Trendy dalam penampilan, update dalam perkembangan mode menjadi salah satu bagian dari life style kaum remaja dan dewasa. Hal yang paling dijaga dan diburu tentunya adalah brand alias merek. ambil contohnya celana Jeans walau model, warna, rupa hampir sama tetap saja saja merek Levi’s menjadi brand yang penting walaupun harus dibayar dengan harga yang lebih tinggi. Kampus demikiannya, stigma kebanyakan orang mengenai kampus. Bahwa ada banyak kampus di Indonesia namun hanya ada beberapa kampus yang paling berkualitas, jaminan mutu untuk sukses meraih cita-cita atau bahkan gelar dari kampus tersebut akan akan berlaku berbeda.Dewasa ini makna kuliah upaya meningkatkan prestise atau gengsi. Bukan lagi pada hakekatnya sebagai sebuah proses pembentukan seseorang dengan pengetahuan, informasi, wawasan sehingga menjadi apa yang diharapkan dan menjadikannya sebagai SDM dengan kemampuan yang handal dan dapat membangun bangsanya sendiri.
Memaksimalkan ruang sekecil apapun
Bahwasanya untuk menjadi apa yang kita harapkan adalah mulailah untuk melakukannya selain itu di ruang manapun kita berbeda jika kita pandai memanfaatkannya maka kita akan mendapatkan lebih, dikampus apapun dan dimanapun. Maka anggapan tentang kampus “apa” oleh karena kalah pamor dan fasilitas akan mencetak mahasiswa dengan predikat madesu (masa depan suram) ataupun sebaliknya sedikit demi sedikit harus dihilangkan karena kembali pada diri mahasiswa itu sendiri bagaimana mahasiswa/i itu mampu memaksimalkan ruangnya sendiri.Upaya berusaha semaksimal mungkin apa yang ada di kampus kita dengan semangat untuk dapat melakukan sesuatu bagi masyarakat luas. Maka polanya adalah kampus menempa kita oleh pengetahuan dan diluar kita aplikasikan itu semua. Ruang dimanapun kita adalah bagaimana kita dapat memaksimalkan apa yang ada, membuka diskusi tambahan dengan dosen atau rekan mahasiswa yang lebih mengerti, mengikuti UKM-UKM yang kita minati untuk menambahkan pengalaman, menggali keilmuan melalui buku-buku yang ada di perpustakaan kampus, dll. Untuk apa fasilitas lengkap, perpustaakaan besar, dosen-dosen ternama namun tidak dimanfaatkan sebaik mungkin. Toh itu fasilitas yang sediakan untuk kit gunakan dan manfaatkan.Muara dari generasi muda bangsa Indonesia ini adalah menjadikan generasi yang akan mewarnai bangsa ini dengan pembangunan berupa pemikiran, gagasan, karya dan lain sebagainya. Yang kesemuanya itu tidak dilihat dari kampus manapun, atau bahkan yang tidak mengenyam kuliah dengan metode otodidaknya yang tidak sedikit dari mereka yang berhasil, oleh karena semangat belajar dan dapat memaksimalkan keterbatasan atau kekurangan, hanya saja mereka tidak dapat gelar saja. Apakah kita calon yang akan mendapatkan gelar dan kemampuan dapat mengisi pembangunan bangsa ini atau paling tidak dapat berguna bagi masyarakat sekitar? Jawabannya ada dalam hati masing-masing. Selamat berjuang rekan-rekan mahasiswa.

Selasa, November 16

AMIK DAN KEPEDULIAN SESAMA

بِسْمِ اﷲِالرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم Belum kering air mata di bumi wasior papua ketika bencana banjir bandang melanda tanah cenderawasih itu,disusul dengan bencana gempa dan tsunami yang memporak-porandakan di kepulauan Mentawai,dan kini gunung merapi turut andil melengkapi serangkaian bencana yang melanda bumi pertiwi Indonesia dengan memuntahkan awan panasnya (wedhus gembel) serta material vulkanis lainnya.Bencana yang menelan korban hingga ratusan jiwa itu dan puluhan ribu orang harus dievakuasi serta mengakibatkan warga kehilangan harta benda,tempat tinggal dan saudara mereka.Nasib warga di pengungsian sangatlah memprihatinkan ,mereka tidak tau entah sampai kapan penderitaan ini akan berakhir,hanya tuhan yang tau...!!!.
Hal inilah yang menggugah hati mahasiswa AMIK PGRI Kebumen untuk bersatu tekad menunjukan solidaritasnya kepada para korban bencana alam di bumi Papua,Mentawai dan lereng merapi yaitu dengan menggalang dana.Kegiatan penggalangan dana tidak hanya dilakukan sekali saja tetapi beberapa kali mengingat kondisi daerah yang tertimpa bencana sangatlah memprihatinkan dan sangat membutuhkan uluran bantuan kita.Penggalangan dana yang pertama dan kedua diadakan di lingkungan kampus AMIK PGRI Kebumen,adapun sumbangan yang terkumpul berupa uang,pakaian layak pakai dll.Bantuan yang terkumpul tersebut nantinya akan disalurkan ke para korban bencana gunung merapi di Yogjakarta atas kerjasama FPPKS dan CRCS UGM.
Tidak cukup sampai disitu,tanggal 13 november mahasiswa AMIK PGRI Kebumen bekerjasama dengan PMI Kebumen mengadakan aksi penggalangan dana di seputaran alun-alun kebumen pada saat diadakan pagelaran wayang kulit semalam suntuk yang difasilitasi Pemkab Kebumen dan kemudian dana yang terkumpul akan disalurkan kepada korban bencana Merapi di kabupaten Boyolali dan Magelang.
Dengan kegiatan tersebut kita sebagai mahasiswa yang notabene pemuda yang tidak hanya mempunyai sisi kepemudaan tetpi juga intelektualitas dan idialisme yang kuat menunjukan bahwa mahasiswa masih mempunyai rasa solidaritas kepada rakyat,sekaligus mengilangkan stigmatisasi masyarakat tentang mahasiswa yang dianggap kerjaanya hanya demonstrasi dengan aksi yang anarkis serta tawuran antar mahasiswa seperti yang sering terjadi di negara ini.
Semoga ini menjadi inspirasi bagi mahasiswa bahwa kita sebagai mahasiswa yang mempunyai peran agent of change and social control masih berpihak kepada rakyat dan menjadi oposisi pemerintah yang netral. Lanjutkan.....!!!

Senin, November 15

AMIK- Ku Sayang

بِسْمِ اﷲِالرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم Mahasiswa adalah kata bagi orang yang mempunyai intelektualitas, leadership, relesation ship, dan human society. Kadang kita merinding mendengar kata itu dari kalangan masyarakat sampai para penguasa (pejabat), namun hal itu belum ada terhadap mahasiswa Kampus kita, kepekaan naluri mahasiswanya masih di bawah standar, hanya segelintir orang yang memenuhi hal tersebut dari semua mahasiswa di kampus kita. Gencarnya iklan, promosi dan lain sebagainya hanya dapat menjamin kelangsungan hidup didunia kerja.
Kupu-kupu kampus (kuliah-pulang-kampus) bertebaran sebagai ideologi mahasiswa yang tidak menyadari banyaknya pilihan aktivitas dikampus yang akan membantu dalam segala bidang hal, mulai dari keilmuan sampai bakat dan hoby. Mahasiswa kini makin tumpul akan pengalaman, tanpa wawasan dan kreatifitas yang lebih dari pada masyarakat biasa. Hal ini terbukti dengan banyaknya sarjana pengangguran, tidak berkualitas dan menambah beban masyarakat dikarenakan minimnya skill dan competitor yang lebih baik dari mereka.
Tridarma perguruan tinggi sudah dilupakan didalam benak mahasiswa yang seharusnya menjadi acuan dasar bagi civitas akademi, harapan masyarakat, agent of change bangsa ini. Kini AMIK berusaha melebarkan sayapnya kepenjuru negeri ini guna mencerdaskan anak bangsa, suatu tindakan yang mulia. Lalu kemanakah anak bangsa yang sudah cerdas?, serasa hilang ditelan zaman.
Ketika masyarakat kelaparan, membutuhkan dukungan, mahasiswa malah sibuk memikirkan diri sendiri, memikirkan nilai yang lebih rendah dari harga diri. Mahasiswa lupa, bahwa permasalahan masyarakat adalah permasalahan bersama yang menyangkut kehidupan mereka (mahasiswa) yang harus segera diselesaikan. Dari tangan mahasiswalah perubahan terjadi.
Kuliah bukanlah segala-galanya, namun dari kuliahlah segalanya terjadi. Pengalaman, kratifitas dan potensi ditempa dalam wadah organisasi yang ada di kampus.Namun malang, Ormawa (organisasi mahasiswa) yang ada tidak dimanfaatkan oleh mahasiwa sehingga ketika mereka lulus harus berjuang mempromosikan ijazah demi kelangsungan hidup.
Andaikata, mahasiswa mau berjuang dan belajar bersama dalam keorganisasian, setidaknya ada keinginan berubah. Niscaya, pengalaman yang didapat diorganisasi dapat diterapkan di lingkungan sehingga mahasiswa tidak dianggap sebagai masalah tapi solusi pemecah masalah.

Minggu, November 14

MARI KITA BUAT INDONESIA TERSENYUM

بِسْمِ اﷲِالرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

Pagi yang cerah
Pagi yang menginspirasi
Melangkah kaki dengan segenap harap
Menyambut indahnya hari
Yang telah menunggu kehadiranku
Selangkah demi selangkah
Ku lewati, ku berlari
Dengan senyuman tulus
Melalui fenomena hidup
Waktu yang terlewat
Buat ku adalah suatu kenangan untuk masa depan
Yang tak akan ku sia-siakan
Demi suatu harap
Untuk menjadikan diri
Kian berarti untuk mu
tentang…..........
mahasiswa
inovasi
ide
inspirasi
kreasi
karya
kolaborasi
sinergi
gerakan
semua ini akan ukir dalam sebuah karya di akhir tahun perkuliahan
dan akan menjadi satu akhir untuk awal perjalanan hidup yang penuh inspirasi
Demi Allah yang Maha memberikan Cinta dan Cita pada Makhluknya
dari Almamater kampus tercinta yang memberikan sejuta inspirasi
Untuk Bangsa tercinta, Indonesia ku , yang sangat ingin kulihat senyumnya
kupersembahkan sebuah karya
MARI KITA BUAT INDONESIA TERSENYUM
“Sebuah Inspirasi untuk Senyum Bangsa”

Sabtu, November 13

PAHLAWAN TAK DIKENAL

Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah lubang peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata, kita sedang perang
Dia tidak ingat bilamana dia datang
Kedua lengannya memeluk senapang
Dia tidak tahu untuk siapa dia datang
Kemudian dia terbaring, tapi bukan tidur sayang
wajah sunyi setengah tengadah
Menangkap sepi padang senja
Dunia tambah beku di tengah derap dan suara merdu
Dia masih sangat muda
Hari itu 10 November, hujan pun mulai turun
Orang-orang ingin kembali memandangnya
Sambil merangkai karangan bunga
Tapi yang nampak, wajah-wajahnya sendiri yang tak dikenalnya
Sepuluh tahun yang lalu dia terbaring
Tetapi bukan tidur, sayang
Sebuah peluru bundar di dadanya
Senyum bekunya mau berkata : aku sangat muda

Kamis, November 11

Menulis Jadi Kebutuhan Pokok

بِسْمِ اﷲِالرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم Wacana mengenai gerakan menulis terus digulirkan mahasiswa dan untuk mahasiswa. Wacana itu dilontarkan secara lisan, tulisan, atau disampaikan melalui media massa.Menulis jadi penting bagi mahasiswa, karena melatih dan mengonstruksi pemikiran agar lebih kritis dan kreatif.Itu membuat tulis-menulis penting disematkan pada mahasiswa yang notabene calon pemimpin bangsa. Menulis juga tolak ukur bagi kemampuan dan pengetahuan mereka dalam meneruskan atau mengubah masa depan.Gerakan menulis terus digulirkan mahasiwa yang sadar diri akan keadaan mahasiswa di sekitar yang enggan menulis. Keengganan itu diperkuat berbagai dalih. Dalih mereka ungkapkan secara kuat, namun tak wajar. Dan, dalih “keengganan” menulis dikaitkan dengan keadaan psikologis, ekonomis, sosial, dan budaya.
Kemauan dan kemampuan menulis mahasiswa yang masih rendah bukan hanya karena ketenangan untuk tak mengucap diri secara lisan dan tulisan. Namun, mahasiswa belum “mau” mengajukan dan mengeksplorasi pertanyaan yang berkait dengan ruang dan waktu. Kalaupun mau dan mampu mengajukan pertanyaan, mahasiswa enggan mencari informasi yang berhubungan dengan pertanyaan itu.Memprihatinkan Padahal, itu kebutuhan vital bagi mahasiswa yang hendak menulis.
Melahirkan karya tulis memang sangat penting di lingkungan kampus. Sebab, mutu pendidikan setiap lembaga perguruan tinggi didukung integritas ilmiah mahasiswa dan dosen. Mahasiswa dan dosen adalah satu kesatuan dengan peran aktif yang tak bisa dipisahkan demi memajukan perguruan tinggi. Karena itu salah satu pemacu dan indikasi perguruan tinggi dikatakan maju atau tidak dapat dilihat dari kreativitas tulis-menulis di kampus tersebut.
“Produksi” tulis-menulis bisa mewujud dalam olah karya tulis yang terpublikasi, baik buku, jurnal, majalah dinding, maupun media massa (koran). Iklim intelektualisme di kampus sejatinya dibangun secara serempak dengan melibatkan kreativitas dari pelbagai unsur penting sumber daya manusianya. Tak hanya mahasiswa yang dituntut berkreatif menulis — sebagaimana selalu “diceramahkan” di kelas. Dosen juga perlu banyak menulis di pelbagai media.Seraya memantapkan hati dan pikiran, Mari bergegas menulis. Tuangkan segala yang ada di benak dan kepala ke dalam tulisan. Tak perlu berdalih “aku tidak bisa”. Semua pasti bisa, jika ada kemauan dan keberanian mencoba. Bukankah kegagalan dalam bereksperimen yang baik tidak berdosa?.
Manusia,menurut pendapat Feby Indriani (2006), memang makhluk yang suka berdalih. Ada tiga kelompok yang paling ahli berdalih, yakni pengacara, pengutang, dan orang yang ingin menulis.Pengacara dibayar karena kemampuan mereka berdalih.Pengutang menggunakan kemampuan berdalih untuk menghindari kewajiban membayar.Dan, sepertinya cuma kelompok ketiga yang tak memperoleh apa pun dari berdalih, selain perasaan gagal dan makin tak berdaya.Feby menuturkan begitu banyak orang menyatakan ingin menulis. Begitu banyak pula alasan mereka berikan untuk menjawab pertanyaan: mengapa belum juga menulis. Jadi, sebenarnya, tak ada alasan untuk tidak menulis.

Menulis apa saja! “Ikatlah ilmu dengan menuliskannya.” Itulah sebuah hadis yang sering kita dengar. Perintah teologis itu diperkuat oleh kata-kata iqra (bacalah) dalam salah satu ayat di kitab suci. Sebab, dengan menulis ada dua hal secara bersamaan mesti diperoleh sang penulis: bernalar kritis dan giat membaca.

Selasa, November 2

Profesionalisme Dosen

بِسْمِ اﷲِالرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم Profesionalisme dosen tak selamanya berbanding lurus dengan profesionalisme kerja. Pokok utama dosen hadir di kampus untuk mengajar acap kali tergadaikan oleh kesibukannya.Kesibukannya itu membuat dosen mengurangi jam mengajar di kelas tanpa kesepakatan.Mahasiswa mendapat getah Jam kuliah mereka tersunat.Mahasiswa mungkin merasa nikmat-nikmat saja karena aktivitas akademik jelas berkurang dengan alasan dosen sedang ada tugas. Namun, jelas itu merupakan praktif ketidakprefesionalan kalangan akademis kampus. Ironisnya, pihak birokrat kampus justru melihat hal itu wajar.Seandainya nilai mahasiswa jeblok, dosen tak mau disalahkan.Transformasi keilmuan tidak ada, tetapi bukti nilai tertulis dalam database kredit semester mahasiswa tetap ada.
Dosen tidak profesional, mahasiswa ikut-ikutan.Kurang Profesional Atas nama profesionalitas, dosen menggunakan cara-cara yang kurang profesional dengan menyunat jam mengajar.Mahasiswa tak berdaya menuntut banyak,karena tidak ada jalinan komunikasi yang terbangun dengan baik antara dosen, mahasiswa, dan birokrat kampus. Kalau hal itu terus-menerus terjadi, lama-kelamaan mahasiswa yang merugi.Sudah disunat jam kuliah, wacana mahasiswa terkungkung pula karena ketidakhadiran dosen ditengah perintah mengerjakan tugas.Bila ada keterbukaan komunikasi, dosen yang seperti itu tidak akan melakukan tindakan pragmatis seperti itu,Birokrasi juga tak mendapatkan dosa.Mahasiswa juga demikian; hak mendapat pengajaran tetap utuh. Status profesional tercapai, profesionalitas kerja tak tergadai. Karena itulah, profesionalitas manajemen kampus perlu disesuaikan dengan kebutuhan profesionalitas sivitas akademik kampus.