Ads 468x60px

Minggu, Desember 13

2012 DAN SERUAN RABI YAHUDI AS

بِسْمِ اﷲِالرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

Ketakutan tentang hari akhir atau hari kiamat di dalam benak dunia Barat, dalam hal ini Amerika Serikat diam-diam ternyata sudah menjadi momok sejak lama. Perubahan sikap Gedung Putih yang tadinya malu-malu mengakui jika dirinya sangat religius dengan kepercayaan Judeo-Christianiy-nya, menjadi sepenuhnya terbuka dan bangga dengan keyakinan Kabbalisnya tersebut dimulai pada era Presiden Ronald Reagan di era 1980-an.

Sikap Presiden Jimmy Carter yang melunak dalam kebijakan di Timur Tengah di akhir masa kekuasaannya, membuat lobi Zionis berubah haluan dengan tidak mendukungnya lagi dan menemukan sosok calon presiden yang baru yang sangat mendukung mereka. Ronald Reagan, mantan aktor Hollywood yang terjun ke dunia politik dijadikan pilihan. Dalam Pemilu 1980, Reagan menang mengalahkan Carter.

Reagan sendiri seorang Judeo-Christian (Zionis-Kristen) yang sangat taat, juga Kepala Departemen Kehakiman Amerika Ed Meese, Sekretaris Departemen Pertahanan Casper Weinberger, Menteri Dalam Negeri James Watt, dan hamper semua pucuk pimpinan di Negara tersebut. Di saat kekuasaan Reagan-lah dimulai diselenggarakan seminar-seminar keagamaan di Gedung Putih secara teratur, Para tokoh Zionis-Kristen seperti Jerry Falwell, Mike Evans, dan Hal Lindsey, diundang untuk berbicara dan mengadakan kontak pribadi langsung dengan para pemimpin nasional dan Kongres.

Misal, di tahun 1982, Reagan mengundang Falwell untuk memberikan ceramahnya di depan pejabat Dewan Keamanan Nasional soal kemungkinan pecahnya perang nuklir melawan Rusia dalam perspektif nubuatan religiusnya.

Dalam suatu percakapan pribadi dengan Tom Dine, seorang pelobi senior Yahudi yang bekerja untuk American Israel Public Affairs Committee (AIPAC), seperti yang dimuat dalam The Washington Post (April 1984), Reagan mengatakan jika dirinya sangat religius dan sangat yakin dengan berbagai ramalan tentang hari akhir yang digamarkan oleh Talmud.

“Anda tahu,” ujarnya, “Saya berpaling kepada nabi-nabi kuno Perjanjian Lama dan kepada tanda-tanda yang telah meramalkan Perang Armageddon. Saya sendiri jadi bertanya-tanya, apakah kita ini—saya dan Anda—akan melihat semuanya itu tergenapi. Saya tidak tahu. Apakah Anda belakangan ini juga telah memperhatikan nubuat-nubuat para nabi itu; akan tetapi, percayalah kepada saya bahwa nubuat-nubuat itu menggambarkan masa-masa yang sekarang ini sedang kita jalani.”

Penerus Reagan, mantan pimpinan CIA George HW Bush, Bill Clinton, dan George W. Bush, meneruskan upaya Reagan. Di antara mereka, yang paling banyak disorot media massa adalah George Bush Junior yang digambarkan sangat fundamentalis. Di sekeliling Bush Junior bertebaran pendeta-pendeta Zionis-Kristen fundamentalis seperti Jerry Falwell, Pat Robertson, Hal Lindsey, Zola Levitt, Oral Roberts, Mike Evans, Tim LaHaye, Kenneth Copeland, Paul Crouch, Ed McAteer, Jim Bakker, Chuck Missler dan Jimmy Swaggart. Semuanya adalah para pemuka Kristen–Zionis. Mereka membela kepentingan Israel lewat semua media yang dikuasainya.

Secara teratur, para pemimpin Kristen fundamentalis ini, bersama dengan organisasi-organisasi pro-Israel yang mereka pimpin, menjangkau lebih dari 100 juta orang Kristen Amerika, dan lebih dari 100 ribu pendeta. Jumlah dana operasional mereka konon mencapai US$ 300 juta setahun. Merekalah aktor intelektual bagi dukungan membabi-buta Amerika terhadap Zionis-Israel sampai saat ini.

Pengganti Bush Junior, Barrack Obama (“Barrack” adalah nama Yahudi, seperti halnya Ehud Barrack), meneruskan semua yang telah dilakukan para pendahulunya, walau tipe kepemimpinannya dikesankan sangat egaliter, dikesankan sangat kontras dengan gaya kepemimpinan Bush yang berasal dari Partai Republik. Padahal sama saja.

Kuatnya kepercayaan mereka terhadap hari akhir tidak lepas dari keyakinan kaum Zionis-Yahudi terhadap hari akhir yang sebenarnya mereka tahu dan percaya tentang bagaimana mereka akan berperang dan kalah dalam peperangan di Bukit Armagido melawan pasukan kaum Muslimin yang dipimpin Imam Mahdi dan Nabi Isa a.s, sehingga dengan sekuat tenaga—namun dilakukan dengan penuh kerahasiaan—kaum Zionis ini berusaha memperkuat diri dan menghindari “takdirnya” tersebut.

Salah satu program nasional yang sejak lama dilakukan Zionis-Yahudi di Tanah Palestina yang diduduki secara sepihak, dan didukung penuh kaum Zionis di seluruh dunia, adalah dengan menanami sebanyak-banyaknya Tanah Palestina dengan pohon Yahudi, yakni pohon Ghorgod. Pohon Ghorgod merupakan salah satu spesies pohon terpentin yang sejak lama memang dikenal sebagai salah satu pohon paling beracun di dunia. Dengan program ini, kaum Zionis-Yahudi bermaksud akan berlindung di balik pohon-pohon tersebut di dalam peperangan hari akhir.

Selain program pohon Ghorqod, Zionis-Israel juga telah membangun tembok pembatas antara wilayah yang didudukinya dengan wilayah pemukiman warga Palestina. Tembok yang jauh lebih tinggi dan kuat dibanding tembok Berlin ini sesungguhnya dibuat untuk menghadapi peperangan di hari akhir menghadapi pasukan Imam Mahdi.

Sejak tahun 1960-an, NASA juga telah mengetahui jika matahari akan mendekati bumi, ini merupakan siklus perputaran matahari selama 3.600 tahunan, sehingga akan mempengaruhi medan magnetik di bumi. Salah satu kemungkinan yang telah diprediksi sejak lama adalah adanya sebuah asteroid besar yang akan masuk ke bumi dalam masa-masa itu. Sejumlah kalangan, termasuk tokoh Zionis-Yahudi AS bernama Rabi Yitzhak Qadduri, sangat yakin jika asteroid besar itu akan menghantam wilayah Amerika Serikat, sebagaimana meteor raksasa yang pernah menghantam kawasan Arizona sehingga sampai saat ini meninggalkan cerukan yang sangat besar di sana.

Rabi Yitzhak Qadduri menyerukan kepada para pengikutnya dan kepada seluruh kaum Yahudi di Amerika agar meninggalkan negara itu secepatnya untuk menghindari bencana tumbukan asteroid raksasa yang akan terjadi. Rabi Qadduri bahkan menyerukan agar kaum Yahudi Amerika juga pindah ke Ethiopia, satu negeri di Afrika yang diyakininya akan selamat dari bencana tersebut.

Entah mengapa, dalam bagian akhir film 2012 juga disebutkan jika Afrika selamat dari bencana besar tersebut. Adakah film Holywood tersebut merupakan “pesan rahasia” yang ditujukan bagi kaum Yahudi dunia? Wallahu’alam.

Satu lagi ketakutan kaum Barat terhadap bencana besar adalah ramalan dari Santo Malachy, salah satu orang suci dalam keyakinan Katolik yang hidup di abad ke-12 Masehi yang telah meramalkan jika tahta kepausan di Vatian dalam waktu dekat akan hancur.

Semua ketakutan tersebut tidak akan menghantui kaum Muslimin, karena Allah Swt telah berjanji jika kaum Muslim seluruh dunia tidak akan mengalami hari kiamat yang menakutkan tersebut, karena umur umat Islam akan habis pada saat angin lembut bertiup dari Yaman, sebelum bumi hancur berkeping-keping melumatkan isinya.

KEMISKINAN ITU UJIAN ALLAH

بِسْمِ اﷲِالرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم
Punya pendidikan tinggi merupakan impian tiap orang. Tapi, bagaimana jika kemiskinan terus menghadang. Jangankan untuk biaya kuliah, buat makan saja susah.

Berikut ini penelusuran dan wawancara Eramuslim dengan seorang pemulung yang kini bisa terus kuliah di jurusan akuntansi di Pamulang, Tangerang. Mahasiswi berjilbab itu bernama Ming Ming Sari Nuryanti.

Sudah berapa lama Ming Ming jadi pemulung?

Sejak tahun 2004. Waktu itu mau masuk SMU. Karena penghasilan ayah semakin tidak menentu, kami sekeluarga menjadi pemulung.

Sekeluarga?

Iya. Setiap hari, saya, ayah, ibu, dan lima adik saya berjalan selama 3 sampai 4 jam mencari gelas mineral, botol mineral bekas, dan kardus. Kecuali adik yang baru kelas 2 SD yang tidak ikut.

Tempat tinggal Ming Ming berada di perbatasan antara Bogor dan Tangerang. Tepatnya di daerah Rumpin. Dari Serpong kurang lebih berjarak 40 kilometer. Kawasan itu terkenal dengan tempat penggalian pasir, batu kali, dan bahan bangunan lain. Tidak heran jika sepanjang jalan itu kerap dipadati truk dan suasana jalan yang penuh debu. Di sepanjang jalan itulah keluarga pemulung ini memunguti gelas dan botol mineral bekas dengan menggunakan karung.

Tiap hari, mereka berangkat sekitar jam 2 siang. Pilihan jam itu diambil karena Ming Ming dan adik-adik sudah pulang dari sekolah. Selain itu, bertepatan dengan jam berangkat sang ayah menuju tempat kerja di kawasan Ancol.

Setelah berjalan selama satu setengah sampai dua jam, sang ayah pun naik angkot menuju tempat kerja. Kemudian, ibu dan enam anak itu pun kembali menuju rumah. Sepanjang jalan pergi pulang itulah, mereka memunguti gelas dan botol mineral bekas.

Berapa banyak hasil yang bisa dipungut?

Nggak tentu. Kadang-kadang dapat 3 kilo. Kadang-kadang, nggak nyampe sekilo. Kalau cuaca hujan bisa lebih parah. Tapi, rata-rata per hari sekitar 2 kiloan.

Kalau dirupiahkan?

Sekilo harganya 5 ribu. Jadi, per hari kami dapat sekitar 10 ribu rupiah.

Apa segitu cukup buat 9 orang per hari?

Ya dicukup-cukupin. Alhamdulillah, kan ada tambahan dari penghasilan ayah. Walau tidak menentu, tapi lumayan buat keperluan hidup.

Ming Ming menjelaskan bahwa uang yang mereka dapatkan per hari diprioritaskan buat makan adik-adik dan biaya sekolah mereka. Sementara Ming Ming sendiri sudah terbiasa hanya makan sekali sehari. Terutama di malam hari.

Selain itu, mereka tidak dibingungkan dengan persoalan kontrak rumah. Karena selama ini mereka tinggal di lahan yang pemiliknya masih teman ayah Ming Ming. Di tempat itulah, mereka mendirikan gubuk sederhana yang terbuat dari barang-barang bekas yang ada di sekitar.

Berapa hari sekali, pengepul datang ke rumah Ming Ming untuk menimbang dan membayar hasil pungutan mereka.

Kalau lagi beruntung, mereka bisa dapat gelas dan botol air mineral bekas di tempat pesta pernikahan atau sunatan. Sayangnya, mereka harus menunggu acara selesai. Menunggu acara pesta itu biasanya antara jam 9 malam sampai jam 2 pagi. Selama 5 jam itu, Ming Ming sebagai anak sulung, ibu dan dua adiknya berkantuk-kantuk di tengah keramaian dan hiruk pikuk pesta.

Kalau di hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, keluarga pemulung ini juga punya kebiasaan yang berbeda dengan keluarga lain. Mereka tidak berkeliling kampung, berwisata, dan silaturahim ke handai taulan. Mereka justru memperpanjang rute memulung, karena biasanya di hari raya itu, barang-barang yang mereka cari tersedia lebih banyak dari hari-hari biasa.

Ming Ming tidak malu jadi pemulung?

Awalnya berat sekali. Apalagi jalan yang kami lalui biasa dilalui teman-teman sekolah saya di SMU N 1 Rumpin. Tapi, karena tekad untuk bisa membiayai sekolah dan cinta saya dengan adik-adik, saya jadi biasa. Nggak malu lagi.

Dari mana Ming Ming belajar Islam?

Sejak di SMU. Waktu itu, saya ikut rohis. Di rohis itulah, saya belajar Islam lewat mentoring seminggu sekali yang diadakan sekolah.

Ketika masuk kuliah, saya ikut rohis. Alhamdulillah, di situlah saya bisa terus belajar Islam.

Orang tua tidak masalah kalau Ming Ming memakai busana muslimah?

Alhamdulillah, nggak. Mereka welcome saja. Bahkan sekarang, lima adik perempuan saya juga sudah pakai jilbab.

Walau sudah mengenakan busana muslimah dengan jilbab yang lumayan panjang, Ming Ming dan adik-adik tidak merasa risih untuk tetap menjadi pemulung. Mereka biasa membawa karung, memunguti gelas dan botol air mineral bekas, juga kardus. Bahkan, Ming Ming pun sudah terbiasa menumpang truk. Walaupun, ia harus naik di belakang.

Ming Ming kuliah di mana?

Di Universitas Pamulang, Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi S1.

Maaf, apa cukup pendapatan Ming Ming untuk biaya kuliah?

Jelas nggak. Tapi, buat saya, kemiskinan itu ujian dari Allah supaya kita bisa sabar dan istiqamah. Dengan tekad itu, saya yakin bisa terus kuliah.

Walaupun, di semester pertama, saya nyaris keluar. Karena nggak punya uang buat biaya satu semester yang jumlahnya satu juta lebih. Alhamdulillah, berkat pertolongan Allah semuanya bisa terbayar.

Di awal-awal kuliah, muslimah kelahiran tahun 90 ini memang benar-benar melakukan hal yang bisa dianggap impossible. Tanpa uang memadai, ia bertekad kuat bisa masuk kuliah.

Ketika berangkat kuliah, sang ibu hanya memberikan ongkos ke Ming Ming secukupnya. Artinya, cuma ala kadarnya. Setelah dihitung-hitung, ongkos hanya cukup untuk pergi saja. Itu pun ada satu angkot yang tidak masuk hitungan alias harus jalan kaki. Sementara pulang, ia harus memutar otak supaya bisa sampai ke rumah. Dan itu ia lakukan setiap hari.

Sebagai gambaran, jarak antara kampus dan rumah harus ditempuh Ming Ming dengan naik empat kali angkot. Setiap angkot rata-rata menarik tarif untuk jarak yang ditempuh Ming Ming sekitar 3 ribu rupiah. Kecuali satu angkot di antara empat angkot itu yang menarik tarif 5 ribu rupiah. Karena jarak tempuhnya memang maksimal. Jadi, yang mesti disiapkan Ming Ming untuk sekali naik sekitar 14 ribu rupiah.

Di antara trik Ming Ming adalah ia pulang dari kuliah dengan berjalan kaki sejauh yang ia kuat. Sambil berjalan pulang itulah, Ming Ming mengeluarkan karung yang sudah ia siapkan. Sepanjang jalan dari Pamulang menuju Serpong, ia melepas status kemahasiswaannya dan kembali menjadi pemulung.

Jadi, jangankan kebayang untuk jajan, makan siang, dan nongkrong seperti mahasiswa kebanyakan; bisa sampai ke rumah saja bingungnya bukan main.

Sekarang apa Ming Ming masih pulang pergi dari kampus ke rumah dan menjadi pemulung sepulang kuliah?

Saat ini, alhamdulillah, saya dan teman-teman UKM Muslim (Unit Kegiatan Mahasiswa Muslim) sudah membuat unit bisnis. Di antaranya, toko muslim. Dan saya dipercayakan teman-teman sebagai penjaga toko.

Seminggu sekali saya baru pulang. Kalau dihitung-hitung, penghasilannya hampir sama.

Jadi Ming Ming tidak jadi pemulung lagi?

Tetap jadi pemulung. Kalau saya pulang ke rumah, saya tetap memanfaatkan perjalanan pulang dengan mencari barang bekas. Bahkan, saya ingin sekali mengembangkan bisnis pemulung keluarga menjadi tingkatan yang lebih tinggi. Yaitu, menjadi bisnis daur ulang. Dan ini memang butuh modal lumayan besar.

Cita-cita Ming Ming?

Saya ingin menjadi da'i di jalan Allah. Dalam artian, dakwah yang lebih luas. Bukan hanya ngisi ceramah, tapi ingin mengembangkan potensi yang saya punya untuk berjuang di jalan Allah.